The Camera
Cast
Kim Taeyeon – SNSD
Park Jungsoo (Leeteuk) – Super Junior
Kim Hyoyeon – SNSD
Kim Heechul – Super Junior
Genre: Whatever You Say
Rating: PG-13
Length: ?
Disclaimer: All casts isn't mine, but the story is mine
“apa kalian sudah mendapatkan gambar sesuai tema?” Tanya Heechul seraya menatap seluruh anggota klubnya. “baiklah, sekarang berikan data gambar-gambar kalian sekarang! Kita akan mulai memilih gambar terbaik hari ini!” komandonya lagi. Semua anggota klub itu mulai berbaris memberikan kartu memori mereka pada Heechul.
Braak!
Seseorang membuka pintu ruangan itu dengan sedikit keras. Ia langsung berjalan kearah Heechul dan menyodorkan kartu memori kameranya pada Heechul. Sedangkan Heechul hanya menatap orang itu dan mengambil kartu memorinya. Ia terlihat telah hafal dengan sifat orang itu.
“siapa dia?” Tanya Taeyeon sedikit berbisik di telinga Hyoyeon saat melihat seorang pria yang berpenampilan sedikit urakan dengan pakaian seragam yang keluar dari celananya.
“dia Leeteuk sunbae yang kuceritakan tadi” jawab Hyoyeon tidak kalah pelan.
Taeyeon yang mendengarnya hanya membulatkan bibirnya dan mengangguk mengerti. Ia memperhatikan pria yang berdiri di samping Heechul itu dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Deg deg deg… Taeyeon memegangi dadanya, nafasnya mulai naik turun dan ia menggigit bibir bawahnya. Tanpa ia sadari matanya bertemu dengan mata pria yang dari tadi ia perhatikan.
“kau? Siapa kau?” Leeteuk berjalan mendekati Taeyeon yang berdiri di ujung ruangan itu. “aku tak pernah melihatmu disini” katanya dingin.
“aa, aku Taeyeon. Kim Taeyeon” jawab gadis itu. “aku anggota baru disini” jawabnya lagi.
“kau, matamu itu… ah sudahlah, lupakan saja yang ingin kukatakan tadi” Leeteuk menatap mata gadis itu dan tanpa menunggu lagi langsung berbalik arah, kembali ke posisi awalnya.
~***~
“Leeteuk ah… bisa tidak kau melepaskan kameramu itu saat sedang duduk di meja makan?” Tanya seorang wanita separuh baya kepada putra semata wayangnya. Leeteuk hanya menatapnya sebentar dan kembali mengamati setiap gambar di kameranya. Kamera yang ia dapatkan dua tahun lalu itu telah membuat hidupnya banyak berubah. Ia yang dulu hanya menghabiskan waktu di jalan dengan mobil sport-nya atau bisa dibilang ia adalah seorang pembalap liar di kota Seoul. “heuh… sebenarnya ibu bingung kenapa kau bisa tertarik dengan benda yang jauh tidak berhubungan dengan kehidupanmu” ucap wanita itu lagi seraya menggelengkan kepalanya pelan.
“Ibu” panggil Leeteuk.
“ne?”
“mana yang Ibu pilih, aku dengan mobil sport-ku atau aku dengan kamera SLR-ku?” tanyanya tetap berkonsentrasi dengan kamera SLR miliknya.
“Tsk, kenapa kau bertanya seperti itu? Ibu tak bisa memilih keduanya, tapi jika kau tetap memaksa Ibu untuk memilih Ibu lebih memilih kau dengan kamera SLR-mu atau kau dengan kekasihmu dibandingkan dengan kau dengan mobil sport pemberian ayahmu itu.” Jawab wanita itu, ia menatap putranya seraya memberikan piring kepada putra dan suaminya.
“Ya! kenapa aku juga ikut disebut?” Tanya pria yang berusia sekitar empat puluh tahunan yang tidak lain adalah ayah Leeteuk.
“tentu saja kau juga terlibat. Itu karena kau memberikan benda yang sudah beberapa kali hampir merenggut nyawa anak kita” jawab wanita itu.
Sementara itu, Leeteuk hanya mengamati gambar di kamera kesayangannya itu. Gambar yang tidak biasa ia ambil. Bukan gambar-gambar gedung pencakar langit, hiruk pikuk kota ataupun sebuah ekosistem di sebuah taman atau pedesaan yang sempat ia kunjungi. Melainkan sebuah gambar seorang gadis yang sedang menggunakan kamera SLR, berusaha memotret seekor kupu-kupu yang melintas di depannya.
“siapa dia?” Tanya pria yang duduk di sampingnya.
“tidak, bukan siapa-siapa” jawab Leeteuk, dengan cekatan ia langsung mematikan kameranya. Tidak ingin gambarnya itu dilihat oleh ayahnya. “aku selesai” ucapnya lagi seraya berdiri dan meninggalkan meja makan.
“Jung Su ah, kau bahkan belum makan sesendok nasi” ujar ibunya.
“aku tidak lapar, bu. Teruskan saja makan kalian” ucapnya sambil menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.
“Tsk, anak itu. Sangat mirip denganmu” kata wanita itu sambil menatap suaminya yang sedang menyantap hidangan yang tersedia di piringnya.
~***~
“annyeong, Hyoyeon ssi!” Taeyeon menyapa gadis berkaca mata dihadapannya itu.
“annyeong” balas gadis itu, ia mengangkat kedua ujung bibirnya. “bagaimana hari pertamamu di sekolah ini? Apa kau dikerjai ole teman-teman kelasmu?” tanyanya.
“tidak kok, malahan mereka menawariku untuk makan bersama mereka” jawab Taeyeon sambil membuka loker miliknya.
“Ya! apa kau yang menempel foto ini?” Tanya Hyoyeon saat melihat sebuah foto tertempel rapi di pintu loker Taeyeon. “aih, aku tak menyangka ternyata kau se-narsis ini” ucapnya lagi.
“mwo? Foto? Foto apa? Mana mungkin aku nempel foto di pintu loker, apa lagi foto diriku” ujar Taeyeon seraya menaruh beberapa buku ke dalam lokernya.
“terus? Siapa yang nempel kalau bukan kamu?” Tanya Hyoyeon menunjuk foto yang dimaksud. Foto Taeyeon yang sedang menggunakan kamera SLR miliknya, berusaha memotret seekor kupu-kupu berwarna hitam dengan motif menyerupai polkadot berwarna kuning kecoklatan yang terbang di depannya.
Taeyeon menutup pintu lokernya dan melihat foto itu. “eh, siapa yang menempel ini?” tanyanya balik pada Hyoyeon yang masih memperhatikan foto itu.
“aish… kau ini, kenapa kau malah bertanya balik? Harusnya kamu jawab pertanyaanku” Hyoyeon tetap memperhatikan foto itu. “tapi, kalau dilihat baik-baik, foto ini bagus lho! Dilihat dari segi kemampuan kamera sampai sudut mengambil gambarnya juga bagus. Kurasa orang yang memotret ini pasti anggota klub fotografi” ucapnya sambil menatap Taeyeon yang masih melihat foto itu.
“hah? Mana mungkin ada yang dengan sengaja ngambil gambarku, aku saja belum genap dua hari masuk sekolah ini. Haha…” Ujar Taeyeon yang disambung dengan tawa renyahnya. Ia mencabut foto itu dari pintu lokernya dan memasukan foto itu ke dalam saku seragamnya.
“loh? Kok dicabut? Kan sayang, fotonya kan bagus!” Hyoyeon mengejar temannya itu.
“aku tak percaya diri untuk memajang fotoku di depan pintu loker sekolah. Lebih baik foto ini aku simpan di album fotoku. Kan kamu bilang bagus jadi, dari pada warnanya luntur mending disimpan” senyum Taeyeon.
Tanpa sepengetahuan mereka ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan mereka. Matanya seperti melambangkan rasa puas atas ucapan kedua adik kelasnya itu.
~***~
“tema potret kita hari ini adalah keindahan tanpa batas. Dalam tema ini aku tidak mengharuskan kalian mengambil objek tertentu tapi, kalian tidak boleh melupakan keseimbangan kontrasnya dan tidak membuat gambar itu kehilangan keindahannya.” Terang Heechul saat pertemuan klub mereka.
“oh…” Taeyeon menganggukan kepalanya seolah mengerti ucapan ketua klubnya.
“sunbaenim!” panggil seseorang pada Heechul. Ia terlihat mengacungkan telunjuk tangan kanannya.
“hm, wae, Key?” Heechul menatap pria berperawakan kurus itu *aigo, mianhaeyo nae nampyeon XD*
“bagaimana kita bisa mendapatkan gambar yang memiliki kontras yang baik sesuai ucapanmu?” Tanyanya.
“entahlah. Itu tergantung dari kalian. Aku hanya bisa menyarankan agar kalian berpikir apa yang kumaksud dengan keidahan tanpa batas” jelas Heechul lagi. “waktu dimulai dari sekarang! Jangan lupa kembali kesini dua jam lagi! Berjuanglah!” ia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan para anggotanya keluar dari ruangan itu.
“keindahan tanpa batas? Aish… Heechul sunbae selalu mendapat ide-ide gila dari mana, sih? Dulu rumah tua, sekarang keindahan tanpa batas!” Taeyeon berdengus kesal seraya memasukan tangan kanannya ke saku rok seragamnya.
“hahaha… aku peringatkan untuk tidak mengatakan itu di hadapannya, jika ia mendengarnya aku yakin dia tak akan memilih gambarmu sebagai gambar terbaik selama ia menjabat sebagai ketua klub” canda Hyoyeon yang mendengar keluhan temannya. Ia mulai menyetel kameranya, mencari setelan pas untuk tema potret mereka kali ini.
“kamu juga jangan nyumpahin gitu, donk! Eh” Taeyeon mengeluarkan tangan kanannya dari saku roknya. Ia melihat selembar foto tampilan dirinya yang sedang duduk di salah satu bangku taman sekolah.
“hm? Wae gurae?” Hyoyeon menatap Taeyeon yang sedang memperhatikan tangannya. “foto?” Hyoyeon mengambil lembaran foto itu dan memperhatikannya. “apa kau masih dapat foto di lokermu?”
“ne”
“sudah ada berapa?”
“ditambah yang itu sudah genap satu album” Taeyeon berjalan mendahului gadis berambut kecoklatan itu dan mulai membidikan kameranya kearah sebuah pohon ek tua di pinggir jalan dekat sekolahnya.
“tapi, foto ini terlihat sangat bagus bagi orang awam yang jarang memegang kamera. Aku saja mungkin tak bisa mengambil gambar dengan sudut yang bagus seperti ini.” Hyoyeon menggembungkan kedua pipinya. “kurasa orang yang diam-diam memotretmu adalah anggota klub kita!” ia mengembalikan foto itu.
“ya! jangan menyebarkan gosip seperti itu!” Taeyeon memukul pelan lengan Hyoyeon yang berdiri di sampingnya.
“Hei! Ini bukan gosip, ini kenyataan! Kurasa yang memotretnya adalah…”
“annyeong, Leeteuk sunbae!” terdengar suara beberapa siswi yang berhasil memotong ucapan Hyoyeon. Mereka terlihat sedang mendekati Leeteuk yang berada tidak begitu jauh dari tempat Taeyeon.
“aish! Dasar siswi tak tahu aturan!” gumam Hyoyeon kesal.
“sunbae, kau sedang memotret, ya?” Tanya seorang siswi pada Leeteuk, suara mereka cukup keras untuk didengar oleh Taeyeon dan Hyoyeon.
“…” Leeteuk hanya melirik mereka sekilas dan tetap dengan kesibukannya.
“sunbae, bagaimana kalau kau memotret kami?” Tanya siswi yang lain.
Kali ini Leeteuk membalikan badannya kearah adik-adik kelasnya itu. “aku tidak memotret objek seperti manusia, aku hanya memotret pemandangan dan objek lain seperti binatang” jawab Leeteuk dingin dan pergi meninggalkan kumpulan gadis-gadis yang mengganggu konsentrasinya itu.
“cih! Sombong sekali dia!” umpat salah seorang dari mereka.
“hahaha… rasakan kalian! Makanya jadi cewek itu tahu aturan sedikit! Kenakan batunya!” Hyoyeon menimpali mereka pelan dan dipastikan hanya Taeyeon yang mendengarnya.
“dasar, kau ini!” Taeyeon mendorong kepala Hyoyeon pelan.
“tunggu! Aku tahu!” Hyoyeon menjentikan jari telunjuknya.
“tahu apa?” Taeyeon melirik kearah Hyoyeon yang mulai asyik dengan pikirannya.
“apa tadi kau dengar apa yang tadi Leeteuk sunbae bilang?” Hyoyeon melihat Taeyeon yang menganggukan kepalanya. “tadi dia bilang, dia tidak memotret objek seperti manusia, kan? Berarti, tidak mungkin kalau dia yang menempelkan foto di lokermu!” Hyoyeon mengikuti gaya seorang detektif dan berjalan memutari Taeyeon yang memiringkan kepalanya.
Taeyeon menganggukan kepalanya mengerti ucapan Hyoyeon. “Ya, iyalah! Nggak mungkinlah dia motret aku diam-diam!” ucap Taeyeon.
“kalau begitu, siapa ya?” Hyoyeon memutar-mutar rambutnya dengan jari telunjuk kirinya.
“ya! KIM HYOYEON! Jangan membuat gosip!” Taeyeon menjambak rambut sahabatnya itu pelan.
~***~
Jam menunjukkan pukul lima sore, saat segerombolan murid sekolah berkumpul di sebuah ruangan yang tidak begitu besar. Mereka semua terlihat memegang kameranya masing-masing.
“oke! Gambar terbaik hari ini adalah gambar milik Leeteuk!” Heechul menunjukkan sebuah gambar ekosistem sebuah taman di jantung kota Seoul berwarna hitam putih.
“aigo… Leeteuk lagi, Leeteuk lagi…” celetuk seorang siswi berambut hitam panjang. Ia terlihat mengerucutkan bibirnya.
“ya! Yuri ya! Kalau mau gambarmu terpilih aku sarankan kau untuk lebih teliti untuk mengambil objek yang akan kau potret!” ujar Heechul cepat.
Heechul menatap sahabatnya yang berdiri di samping kanannya. “aish! Kau ini, kenapa gambarmu selalu jadi gambar terbaik, sih?” gerutu Heechul sambil memukul lengan Leeteuk pelan.
Leeteuk hanya menatapnya dan memberikan senyuman menyeringainya. Matanya kembali menyusuri seisi ruangan klubnya, sampai matanya menemukan orang yang dicari. Ia menatap gadis itu. Rasanya ada hal yang berbeda saat melihat gadis itu, seperti ada seekor kupu-kupu yang terbang di perutnya.
“Perhatian!” teriak Hyoyeon antusias. “aku dapat kabar kalau di dekat sini diadakan pameran foto. Aku harap kalian datang kesana dan menulis sedikit laporan tentang apa yang kalian pelajari dari pameran itu. Aku juga dengar di sana juga dipamerkan gambar yang diambil oleh Leeteuk sunbae. Aku tunggu laporan kalian seminggu lagi!” terang Hyoyeon ke seluruh anggota klub.
“huwaaa… itu terdengar menyenagkan!”gumam Taeyeon.
“tentu saja itu menyenangkan! Bagaimana kalau kau pergi kesana denganku besok?” ajak Hyoyeon.
“oke! Besok pulang sekolah aku tunggu di gerbang depan!” Taeyeon mengganggukan kepalanya.
~***~
Taeyeon melangkahkan kakinya ke sebuah gedung yang cukup besar, terpampang banyak bingkai foto hasil gambar fotografer terkenal. Semua gambar itu terlihat sangat menakjubkan bagi para pengunjung tak terkecuali Taeyeon dan sahabatnya itu.
“bukankah ini semua terlihat sangat sempurna?” gumam Taeyeon yang diangguki oleh Hyoyeon.
“ini semua terlihat sangat, sangat sempurna” timpal Hyoyeon. Ia sedang menatap gambar sebuah kebun teh yang sedang dipanen oleh beberapa petani. Sudut pandang yang diambil oleh pemotretnya terlihat sangat sempurna dengan sentuhan warna biru langit yang terasa sangat menyatu dengan perkebunan teh itu.
“Taeng” Hyoyeon menarik lengan baju Taeyeon yang berdiri di belakangnya.
“ne?” Taeyeon masih tetap fokus dengan kamera SLR-nya berusaha mengabadikan bingkai-bingkai foto yang terpajang di dinding.
“coba lihat ini” Hyoyeon menunjuk sebuah gambar dimana ada seorang gadis yang sedang menggunakan kamera SLR-nya.
“mwo?” Taeyeon membalikan badannya.
“bukankah ini kamu?” gumam Hyoyeon. Matanya tak lepas dari gambar di hadapannya itu.
“…”
Diam. Itulah yang dilakukan Taeyeon sekarang. Ia tak bisa mengeluarkan sepatah katapun saat melihat gambar yang dari tadi ditunjuk oleh sahabatnya. Ia hanya bisa membelalakan matanya, berusaha menenangkan diri untuk tidak melakukan tindakan-tindakan gila yang bisa saja ia lakukan. Gambar pertama yang ditemukannya di pintu lokernya kini terpajang rapi di bingkai yang jauh lebih besar dari ukuran fotonya. Ia menelan saliva yang mulai terkumpul di dalam mulutnya, bahkan ia dapat mendengar salivanya itu turun melalui tenggorokannya.
“ya! Taeyeon ah, Jawab aku!” Hyoyeon mengguncankan badan Taeyeon.
“kau saja tidak percaya, apalagi aku” ucap Taeyeon masih tidak percaya.
Hyoyeon berjalan mendekati bingkai foto itu, mencoba mencari sesuatu di gambar dan bingkai foto dihadapannya. “kok tidak ada?” hyoyeon menggaruk keningnya.
“Ya! apa yang kau lakukan? Jangan bilang kau mau merusak foto itu!” Taeyeon menarik lengan baju Hyoyeon dengan cepat. “kalau kau iri karena wajahmu tak ada di pameran ini, lebih baik kau langsung mengatakannya padaku dari pada merusak foto itu” Taeyeon mengerucutkan bibirnya.
“aish! Kau, kenapa pikiranmu sesempit itu? Aku tak mungkin iri padamu! Yang ada aku malah bangga wajah temanku ada di pameran foto terkenal!” Hyoyeon mendorong kepala Taeyeon.
“terus ngapain pegang-pegang?” tunjuk Taeyeon tepat di muka Hyoyeon.
“aku mencari nama pemotretnya. Tapi anehnya, di foto ini tak ada keterangan sama sekali padahal yang lainnya ada. Apa jangan-jangan keterangan foto ini memang sengaja disembunyikan?” Hyoyeon mengerutkan keningnya. “hm, kalau dipikir baik-baik ini aneh, kan? Lagi pula,dari sekolah kita hanya Leeteuk sunbae saja yang ikut. Apa jangan-jangan ada murid lain? Tapi kenapa identitasnya disembunyikan?” Hyoyeon mulai sibuk dengan jalan pikirannya sendiri mulai melupakan tujuan awal mereka datang ke pameran itu.
“heuh… aku jadi bingung padamu” Taeyeon menghebuskan nafas beratnya. “aku mau ke toilet, kau mau ikut?” Tawar Taeyeon, ia melihat temannya yang masih berkutat dengan gambar dirinya.
“tidak, kau pergi saja sendiri” tolak gadis berambut hitam kecoklatan itu.
~***~
Taeyeon berjalan keluar dari toilet gedung besar berwarna silver itu. “aih… toiletnya saja besar” gumam Taeyeon pelan. Ia memperhatikan setiap detail di gedung itu, dari pemilihan warna sampai ornamen yang dipasang di dalamnya.
“Leeteuk ssi, terima kasih yang tadi malam ya”
Taeyeon mendengar suara wanita separuh baya yang cukup kuat. Dan hal yang membuatnya penasaran dari ucapan wanita itu adalah nama yang sempat ia dengar, Leeteuk. Nama kakak kelasnya itu membuatnya sangat penasaran, jujur saja sejak pertama kali ia mendengar cerita tentang kakak kelasnya itu dari Hyoyeon ia merasa sangat penasaran apalagi tentang sebutannya sebagai ‘Born to be a photographer”. “hm, Leeteuk sunbae?” ia menyipitkan kedua matanya dan bersembunyi di balik sebuah pilar besar yang tidak begitu jauh dari posisi wanita tua itu.
“anda tak perlu sungkan, nyonya. Aku senang bisa membantumu” ujar Leeteuk. Ia tampak asyik dengan percapakannya dengan seorang wanita yang berusia sekitar tiga puluh tahunan.
“hahaha… kau ini, kau berjiwa besar Leeteuk ssi. Pasti banyak gadis yang menyukaimu. Aku saja yang sudah mulai tua terpesona padamu” ucap wanita itu seraya menepuk lengan Leeteuk.
“aih, anda bisa saja” Leeteuk tersipu dan menutup mulutnya. Menyembunyikan giginya yang tersusun rapi di balik tangannya.
Deg…
“HAH?” kaget Taeyeon. Ia membungkam mulutnya dengan cepat, berusaha untuk menenangkan diri dan bersembunyi agar kakak kelasnya itu tak sadar atas keberadaannya. “ternyata gosip yang dikatakan Hyoyeon benar. Dia…” Taeyeon menelan salivanya cepat. Berusaha mempelajari apa yang baru saja ia dengar.
~***~
“HAH?”
Leeteuk memalingkan wajahnya ke sumber suara. Ia sempat melihat seorang gadis berusaha bersembunyi di balik pilar besar.
“ah, Leeteuk ssi, sepertinya aku harus segera pergi. Sekali lagi terima kasih atas bantuanmu, jika tak ada kau mungkin pameran ini tak akan menjadi seperti ini” ujar wanita di hadapannya itu. Ia mengangkat sedikit kedua ujung bibirnya.
“ne, tidak apa-apa kok. Saya senang dapat membantu anda. Sampai jumpa” Leeteuk membungkukan badannya kearah wanita itu.
“sampai jumpa” wanita dihadapannya pun ikut membungkukan badan. Menunjukan rasa terima kasihnya.
Setelah wanita itu membalikan badannya, Leeteuk kembali dengan pikirannya. Dengan cepat ia berjalan menuju sebuah pilar yang tadi sempat digunakan seorang gadis bersembunyi dibaliknya.
“Hah?”
Lagi-lagi gadis itu mengeluarkan kata itu. Ia tampak sangat terkejut melihat kehadiran Leeteuk dihadapannya. Ia terlihat menelan salivanya.
“apa yang kau lakukan disini?” Tanya Leeteuk dingin, ia menatap mata gadis itu tajam.
“ani, aku tidak dengar apa-apa” jawab gadis itu cepat. Ia berusaha memalingkan wajahnya dari tatapan tajam Leeteuk.
“cih, dari jawabanmu saja aku sudah dapat menebak apa yang kau lakukan” Leeteuk mengurung gadis itu. Ia menempelkan kedua telapak tangannya kearah pilar dan membiarkan gadis itu berada diantara kedua lengannya.
“ti, tidak, aku tidak melakukan apa-apa” gadis itu kembali menelan salivanya.
“Taeyeon, namamu Kim Taeyeon, bukan? Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau pikirkan? Kau pasti sedang memikirkan tentang kebenaran gosip itu kan?” Leeteuk mendekatkan mukanya pada Taeyeon.
“a, ani…” Taeyeon menggelengkan kepalanya. Bahkan ia dapat merasakan nafas kakak kelasnya itu.
“kau masih bisa berbohong rupanya” Leeteuk semakin mendekatkan mukanya. “sebaiknya kau mengaku. Atau kau harus membayarnya”
“mwo? Membayar?” Taeyeon mengedipkan matanya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan lagi.
“baiklah kalau kau tidak bisa mengaku, kau harus membayarnya”
~To Be Continue~
Huaaa~ akhirnya publish juga >.<
dan akhirnya sifat aslinya Teuk appa udah mulai keliatan!!!
kalau jelek ya, maaf deh... masih amatiran :(
Be patient for the next part!!!!!
komen, komen, komen!!! Komen itu wajib!!! bisa disini, di twitter, atau di facebook!!!
yang ngga komen entar internetnya ngga jadi!!! :p
NO SILENT READER
Cihuy Part 2, walaupun sedikit gundah*nampyeon ku, hik*.
BalasHapusOppa, dirimu jgn lakukan itu pada yg lain, cukup aku aja, *digebuk Selly*
Nah saeng, ap byaran yg harus Taeyeon lakukan saeng??
Ppali updatenya saeng, ne, ne. Gomawo For tag, ye ^^
Wah, ceritanya semakin bikin penasaran. b^^
BalasHapusTapi q ngrasa alur ceritanya terkesan terburu-buru, tapi yang lain dah bagus kok. Q tunggu lanjutannya y... ^^
daebakkk wahh teukppa mau ngapain tuhhh
BalasHapuslanjuttt
BalasHapusFf nya serru! Baguus! Lanjuut
BalasHapusIni sequelnya mana??
BalasHapusPenasaran nih wkwkwkwkwk~
@Silala0903